SATU UNTUK SEPULUH


Alkisah, dahulu ada seorang pedagang miskin yang sedang kesulitan mendapatkan makan untuk keluarganya karena barang dagangannya hari itu tidak satupun ada yang laku…………

Ketiga anak Abu Zuhdi menangis karena menahan lapar. Mereka ingin sekali makan. Namun, Abu Zuhdi hanya memiliki uang satu dirham dan itu tidak akan membuat semua anaknya kenyang.
   “Ayah, kami benar-benar lapar,” kata anak-anaknya sambil memegang perut.
       “Hari ini dagangan Ayah tidak laku dan Ayah hanya memiliki uang satu dirham. Ini tidak cukup untuk kalian bertiga,” kata Abu Zuhdi dengan sedih. 
                “Ayah, maafkan kami. Tapi satu dirham cukup untuk membeli sekerat roti. Kami akan membaginya secara adil. Biarlah Allah yang akan mengenyangkan kami,” kata anak tertua Abu Zuhdi.

                Abu Zuhdi kemudian pergi ke pasar dan membeli sekerat roti. Beliau pun langsung membawanya pulang. Dalam perjalanan, Abu Zuhdi melihat seorang pengemis sedang duduk gemetar. Pengemis itu terlihat sangat lapar.
                “Apa yang terjadi denganmu? Mengapa tubuhmu bergetar?” tanya Abu Zuhdi.
                “Wahai Tuan, aku gemetar karena tubuhku tidak mampu menahan lapar,” jawab pengemis.
                Abu Zuhdi bertanya, “Memangnya sudah berapa lama kau tidak makan?”
                “Sudah tiga hari aku tidak makan,” jawab pengemis dengan gemetar.

                Abu Zuhdi lalu membayangkan anak-anaknya yang menangis karena lapar. Namun, mereka lapar karena belum makan hari ini, sedangkan pengemis itu sudah tiga hari. Ada kemungkinan pengemis itu tidak akan bertahan hidup jika tidak mendapatkan makanan hari ini.
                “Ambillah sekerat roti ini. Semoga bisa mengenyangkanmu,” kata Abu Zuhdi sambil mengulurkan roti ke arah pengemis.
                “Alhamdulillah.” Pengemis itu langsung memakannya dengan lahap.

                Abu zuhdi lalu pulang. Di rumah, dia langsung disambut ketiga anaknya dengan heran.
                “Ayah, mana sekerat roti itu?” tanya mereka.
                Abu Zuhdi menceritakan apa yang terjadi dalam perjalanannya.
                “Kalau begitu, sekerat roti yang kita miliki memang rezeki bagi pengemis itu. Biarlah Ayah, kami bisa menahan lapar hingga esok,” kata si Bungsu sambil menghentikan tangisnya.

                Sesaat kemudian, pintu rumah mereka diketuk. Ternyata yang datang adalah Abu Salman, sahabat Abu Zuhdi. Abu Salman membawa sebuah kantong berukuran besar.

                “Sabahatku, Abu Zuhdi. Alhamdulillah, hari ini daganganku laku semua. Untuk itu, aku ingin memberikan sepuluh kerat roti untuk anak-anakmu,” ujar Abu Salman.
                “Untuk apa pemberianmu ini, wahai Sahabatku?”
                “Untuk seluruh kebaikanmu,” jawab Salman.

                Abu Zuhdi teringat pada roti yang diberikan kepada pengemis. Ia mengingat janji Allah bahwa setiap satu sedekah akan diganti sepuluh kali lipatnya. Kini, dia di beri sepuluh kerat roti dan ini membuktikan janji Allah benar adanya.

                “Alhamdulillah,” puji syukur dipanjatkan Abu Zuhdi tak henti-henti.

Baik Sahabat…..Jangan pernah menyesal ketika kita telah berbuat baik sekecil apapun itu.

"Barangsiapa datang dengan (membawa) satu kebaikan, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat. Barangsiapa datang dengan (membawa) satu kejahatan, maka tiadalah ia dibalasi, melainkan dengan seumpamanya sedang mereka itu tiada teraniaya,"  (QS. Al-An'am : 160).

Sumber : Ust.Aly, Motivator Ideologis

Ingin Share Artikel ini silahkan klik icon dibawah ini :


0 komentar:

Post a Comment